Sekarang ini banyak kota yang mulai mengusung smart city. Bahkan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) memperkirakan jika tahun 2030 smart city bisa menjadi trend di berbagai negara.
Namun, apakah perwujudan dari membuatnya sangatlah mudah? Tentu saja tidak! Terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi demi menciptakan yang namanya tersebut. Memang, sudah banyak negara atau bahkan kota yang menerapkannya, namun masih belum bisa secara menyeluruh.
Daftar Isi
Mengenal Konsep Smart City
Istilah ini harus memiliki berbagai landasan fundamental, basis infrastrukturnya merupakan IT yang memenuhi dan menunjang berbagai kebutuhan dan dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi, seperti sensor Internet of Things (IoT), alat penilaian dan analitik, serta didorong oleh kecerdasan buatan (AI) dan pelajaran mesin (Machine Learning).
Perwujudan tersebut dan landasan dasar tersebut memiliki kepentingan, dan jika salah satu saja tidak bisa maksimal, maka smart city tidak akan berjalan secara maksimal dan malah bisa dikatakan teknologi yang useless.
6 Pilar Untuk Menciptakan Smart City
Dalam Sesi Kedua Pertemuan Pertemuan Tingkat Menteri G20 Bidang Komputerisasi secara virtual dari Jakarta, Kamis (05/08/2021), Menkominfo Johnny mendorong negara member G20 untuk menciptakan kota-kota yang sanggup menolong masyarakat hidup lebih berkelanjutan dan produktif.
Menkominfo Johnny menceritakan 6 pilar yang menjadi dasar cara kerja program pengembangan smart city di Indonesia adalah:
- Smart governance;
- smart branding;
- Smart economy;
- Smart society;
- Smart environment; dan
- Smart living.
Dengan mencakup enam aspek ini, kota-kota yang dipersiapkan untuk smart city diharapkan menjadi daerah yang cerdas untuk menolong keberlanjutan produktivitas masyarakat.
Kegunaan Smart City
Tujuan utama kota pintar adalah untuk mengoptimalkan fungsi kota dan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga dengan menggunakan teknologi pintar dan analisis data. Nilainya terletak pada bagaimana teknologi ini digunakan daripada hanya seberapa banyak teknologi yang tersedia.
Kecerdasan kota ditentukan dengan menggunakan seperangkat karakteristik, termasuk:
- Infrastruktur berbasis teknologi
- Inisiatif lingkungan
- Transportasi umum yang efektif dan sangat fungsional
- Rencana kota yang percaya diri dan progresif
- Orang-orang yang dapat tinggal dan bekerja di dalam kota, menggunakan sumber dayanya
Contoh Penerapan Smart City
Kota-kota di seluruh dunia berada dalam berbagai tahap pengembangan dan implementasi teknologi pintar. Namun, ada beberapa yang berada di depan kurva, memimpin jalan untuk menciptakan kota yang sepenuhnya cerdas. Ini termasuk:
- Barcelona, Spanyol
- Columbus, Ohio, AS
- Dubai, Uni Emirat Arab
- Hongkong, Cina
- Kota Kansas, Missouri, AS
- London, Inggris
- Melbourne, Australia
- Kota New York, New York, AS
- Reykjavik, Islandia
- San Diego, California, AS
- Singapura
- Tokyo, Jepang
- Toronto Kanada
- Wina, Austria
Seperti contohnya saja traffic monitoring yang ada pada Dubai. Dubai memiliki solusi telemedicine dan perawatan kesehatan cerdas serta bangunan pintar, utilitas, pendidikan dan pilihan pariwisata.
Barcelona juga memiliki sistem transportasi pintar dengan halte bus yang menawarkan Wi-Fi gratis dan port pengisian USB, bersama dengan program berbagi sepeda dan aplikasi parkir pintar termasuk opsi pembayaran online. Suhu, polusi dan kebisingan juga diukur menggunakan sensor yang juga mencakup kelembaban dan curah hujan.
Tantangan Menciptakan Smart City
Tidak semudah itu menciptakan smart city. Jika semudah itu, maka sudah banyak kota dan negara yang menerapkan program tersebut karena memiliki berbagai keuntungannya. Berikut ini adalah berbagai tantangan menciptakan smart city yang perlu Anda ketahui:
Elemen Dasar Infrastruktur Adalah Terpenting
Jika ingin menerapkan smart city, harus memungkinkan integrasi sensor, aplikasi, dan layanan tanpa batas untuk tak hanya meningkatkan pengembalian investasi modal dari waktu ke waktu, tapi juga memberikan landasan yang kuat bagi para pemangku kepentingan utama untuk perjalanan transformasi komputerisasi mereka.
Harus Menciptakan Infrastruktur IT yang Fleksibel
Infrastruktur yang tak terukur akan sia-sia sebab kesanggupan penerapan kota yang terus berkembang. Sementara bagian modular memang ialah blok bangunan yang dibutuhkan untuk Smart City, jumlah data yang digunakan untuk memberi energi pada bagian modular ini semestinya dapat ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah data yang dijadikan.
Analisis Data yang Efektif dan Efisien Harus Diimplementasikan Dalam Kota
Smart City perlu berinvestasi dalam infrastruktur dengan kecerdasan yang dapat diskalakan sesuai kebutuhan, menangani muatan data, dan mensupport alat analitik yang cermat agar dapat bereaksi dengan cepat dan bertanggung jawab.
Kota Harus Melindungi Data Penduduk untuk Meredakan Masalah Privasi
Sebuah kota pintar harus bisa melindungi data penduduk yang tersimpan di berbagai server. Tentunya ini penting untuk meredakan masalah privasi yang pasti menjadi concern banyak penduduk demi melindungi privasi data dirinya.
Perbedaan Politik Bisa Menjadi Penghalang Untuk Penerapan Smart City
Dinamika yang kompleks dan siklus politik ialah tantangan berkelanjutan lainnya yang bisa menghalangi program ini. Proyek kota terampil berskala besar seringkali menantang untuk didanai, sebab membutuhkan dukungan dari banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam mekanisme pendanaan publik-swasta yang memadukan kepentingan dari tingkat nasional, negara bagian, dan lokal dengan perusahaan swasta.
Koordinasi Antara Organisasi Sektor Publik dan Swasta Sangat Dibutuhkan
Paling terakhir adalah koordinasi antara organisasi sektor publik dan swasta. Kolaborasi dan kerja sama antara pemangku kepentingan utama di kotamadya dan sektor swasta dapat menjadi rintangan lain bagi Smart City. Instansi pemerintah dan organisasi sektor swasta kerap enggan untuk berbagi data sensitif atau membuat standar pada jaringan, alat, dan infrastruktur yang sama.
Jadi, perlu membangun infrastruktur komputerisasi yang memungkinkan penegak tata tertib memantau data, memutuskan pola, tren, dan wawasan yang dapat ditindaklanjuti.